" Usman Janatin, Pahlawan yang Terlupakan "


Kakak kandung Usman Janatin, Siti Rodiyah menunjukkan foto adiknya.
46 TAHUN lalu, dua anggota Korps Komando (KKO) Angkatan Laut Republik Indonesia, Usman Janatin dan Harun Said, menjalani hukuman gantung di Singapura (17 Oktober 1968). Usman dan Harun dihukum gantung karena melakukan pengeboman gedung Mac Donald House di Singapura, yang saat itu masih menjadi bagian wilayah Malaysia.

Aksi kedua prajurit Angkatan Laut itu merupakan bagian dari perang yang dicanangkan pemerintah RI terhadap Malaysia, yang kondang dengan sebutan Ganyang Malaysia. Bagi pemerintah Singapura, Usman dan Harun dicap teroris. Tapi bagi Indonesia, keduanya dianugerahi gelar pahwawan dan jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta.

Setelah puluhan tahun, nama Usman Janatin dan Harun Said nyaris tidak terdengar. Bahkan di Purbalingga, tempat kelahiran Usman Janatin, tidak banyak warga yang mengenalnya. Nama Usman Janatin baru mulai dikenal ketika pada 2009, Bupati Purbalingga waktu itu, Drs Triyono Budi Sasongko MSi membangun sebuah taman kota dan diberi nama Usman Janatin City Park alias Taman Kota Usman Janatin.

Kini, namanya semakin sering disebut-sebut menyusul protes Singapura terhadap kebijakan TNI AL yang hendak menamakan salah satu kapal perangnya dengan sebutan KRI Usman Harun.

Usman Janatin bin H Ali Hasan lahir 18 Maret 1943 di Dukuh Tawangsari Desa Jatisaba, Kecamatan/Kabupaten Purbalingga. Anak kesepuluh dari 11 bersaudara pasangan Ali Hasan dan Rukiyah itu bergabung dengan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI-kini TNI AL) setelah melalui pendidikan militer di Korps Komando Operasi Angkatan Laut di Malang pada 1962.

Usai menjalani pendidikan militer, Usman ditugaskan kesatuannya melakukan penyusupan ke Singapura dalam mengemban tugas Dwikora. Saat itu, Presiden RI Soekarno tengah melancarkan perang dengan negara jiran Malaysia.

Dalam berbagai literatur disebutkan, pada 1964 Presiden Soekarno mengumumkan perang terhadap Malaysia dan dikenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia'. Soekarno geram terhadap rencana Federasi Malayasia atau Persekutuan Tanah Melayu menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord.

"Ketika itu dia baru pulang bertugas Trikora di Irian Barat. Belum lama pulang dia dikirim lagi untuk tugas Dwikora ke Singapura untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia boneka Inggris," ujarnya.

Pada 8 Maret 1965, Usman dan dua rekannya sesama anggota KKO disusupkan ke Singapura melalui jalur laut. Bersama dua rekannya, termasuk Harun, Usman berhasil meledakkan obyek vital di Singapura untuk membuat kepanikan warganya. Upayanya kembali ke Indonesia gagal karena Usman dan Harun tertangkap oleh patroli laut setelah motorboat yang dikemudikannya kehabiasan bahan bakar.

Dua anggota KKO itu sempat dikurung di penjara Changi selama 3,5 tahun. Pengadilan Singapura menjatuhkan hukuman mati kepada kedua prajurit itu. Upaya pemerintah Presiden Soeharto memintakan ampunan bagi kedua tentaranya tidak membuahkan hasil. Usman dan Harun menemui ajalnya di tiang gantungan di penjara itu pada 17 Okteber 1968.

Gugur dalam tugas negara, pemerintahan Soeharto menganugerahi gelar pahlawan bagi Usman Janatin dan Harun. Keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta.

Sayangnya, gaung kepahlawanan Usman tidak cukup terdengar hingga ke Purbalingga. Bertahun-tahun nama Usman Janatin nyaris tidak dikenal luas oleh warga Purbalingga. Tidak ada satupun tetenger Usman Janatin di kota kelahirannya.

Itu sebabnya, pihak keluarga Usman Janatin merasa terharu ketika TNI AL hendak mengabadikan nama Usman Harun untuk sebuah KRI. Tapi pada saat yang sama, merasa nelangsa karena perhatian serupa nyaris tidak dirasakan dari pemerintah daerah.

"Kami bangga dan terharu. Tapi kami juga sedih karena disini, di tempat kelahirannya, nama Usman Janatin seperti terabaikan. Buktinya, pembangunan museum Usman Janatin mangkrak. Kami berharap pemerintah daerah bisa memfasilitasi agar pembangunan museum bisa selesai," ujar Siti Rodiyah, kakak kandung Usman Janatin.

Baru pada 2010, sebuah taman kota yang baru selesai dibangun setahun sebelumnya, diresmikan dengan nama Usman Janatin City Park. Bupati Triyono yang menggagas bangunan dengan nama Usman Janatin.  (Toto Rusmanto)

Sumber : http://krjogja.com/read/204423/usman-janatin-pahlawan-yang-terlupakan.kr
diposkan oleh : Gita Pradina (09)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar